Kamis, 19 April 2012

BELAJAR MEMAAFKAN



Hidup ini adalah sebuah pembelajaran. .. 
Dan satu hal yang sering kita lupa adalah... MEMAAFKAN...!! 

Para Sahabat semua, saya menulis disini bukan sebagai seorang yang sempurna. Saya mempunyai sisi lemah dalam hidup ini. Saya juga punya pengalaman pahit di hari-hari yang lalu. Pengalaman yang mungkin lebih menyakitkan daripada yang mungkin sedang Anda alami ... saat ini. 

Namun melalui tulisan ini izinkan bisa share dan berbagi cerita ... dan juga pengalaman tentang sepatah kata yang bernama .... MAAF. 

Tentang beberapa istilah atau pernyataan yang rasanya logis ... namun pada kenyataannya ... kok ndak begitu ... 


1. Kalau dia salah, ya dia minta maaf 

saya ga salah, buat apa saya minta maaf. Gengsi ah. Biar dia tahu diri dong. Enak aja ... 
Sebuah kalimat, yang terdengarnya wajar... dan logis. 

Namun perlu disadari memang itulah harga sebuah gengsi. Harga sebuah hubungan baik ... seringkali mesti dibayar dengan satu hal yang namanya gengsi. Kita mesti mengikis apa yang disebut harga diri dan juga keangkuhan. 

Hubungan baik dan gengsi itu berbanding terbalik. Kita harus mengorbankan salah satu, untuk memperoleh yang lainnya. 

Dalam banyak pertengkaran dan clash ... kesalahan umumnya tidak cuma ada di salah satu pihak. Kebanyakan dua pihak melakukan kesalahan ... meski mungkin (kadarnya) tidak seimbang. 

Yang sering jadi masalah itu karena kedua pihak sama-sama tidak merasa bersalah ... berpikir bahwa orang lainlah yang sepantasnya datang kepada dirinya dan minta maaf. Dan sebagai akhir... tidak ada titik temu. Pertengkaran tidak berakhir. 

Para Sahabat semua, mulailah dengan berkata, maaf... meski mungkin kita tahu kita tidak benar-benar bersalah. It's really better for your heart. Ingat bahwa salah satu kunci untuk hidup bahagia adalah: "melepaskan diri dari perasaan marah dan dendam"

Saya belajar menerapkannya, dan saya... lebih bisa merasa damai, (Walau sangat berat untuk memulainya) 

Untuk orang-orang yang bahkan belum meminta maaf atas kesalahannya, saya tetap berpikir, saya memaafkan mereka. Mungkin saja mereka nggak sadar atau belum tahu kalau mereka itu salah. 

2. saya mau balas dia supaya dia sadar dan berubah 

Alasan yang terkesan heroik dan baik. Saya melakukannya untuk kebaikan dia. Supaya dia bisa bertobat dan jadi lebih bener. Waw ... 

Namun sayangnya dalam banyak hal, perkataan semacam ini lebih sering untuk memuaskan keinginan diri sendiri daripada orang lain. 

Secara sadar maupun tidak, manusia itu punya kecenderungan untuk merasa puas jika ia berhasil mempengaruhi orang lain. Dalam teori kepemimpinan, ini disebut dengan needs of power (Keinginan untuk dituruti). 

Pembalasan bukanlah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah

Kita tidak akan menjadi orang yang terlalu pengecut dengan tidak membalas perbuatan jahat yang orang lain lakukan kepada kita. Kasihilah orang lain, meski kita tahu mereka berbuat jahat kepada kita. Mulailah dengan memaafkan ... bukan dengan menuntut sebuah perubahan. 

3. Waktu akan menyembuhkan luka hati 

Biar waktu yang bicara. Hmm, terdengar bijak dan hebat. Waktu memang akan memulihkan semua kebencian dan dendam ... jika diawali dengan kesediaan untuk membuka diri dan hati, Untuk mau memaafkan. 

Waktu tidak akan membuat hubungan menjadi pulih ... tanpa adanya kesediaan untuk memaafkan. Waktu hanya akan mengorek luka semakin dalam dan membuat semua perasaan semakin tak karu-karuan. 

Jangan pernah berpikir bahwa waktu cukup untuk menyembuhkan. Kesediaan untuk memaafkan ... itulah yang pertama-tama harus ada. Bukan sekedar mengharap ... waktu akan bicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar