Kecoa bisa hidup tanpa kepala. Mungkin Anda tidak pernah mengetahui jika
kecoak yang banyak berkeliaran di sekeliling kita ternyata memiliki
keistimewaan yang sangat luar biasa. Ternyata kecoak bisa bertahan hidup
selama sembilan hari tanpa kepala, Sebelum akhirnya mati karena
kelaparan. Kalau demikian di mana letak nyawa kecoa.
Serangga Purba Nan TangguhTubuhnya kecil, mungil, tampak ringkih dan menjijikkan. Seringkali terlihat melintas di relung-relung gelap dapur, kamar tidur, kamar mandi… ia memang menyebar di sekitar lingkungan manusia. Siapa sangka penyusup memuakkan ini ternyata sudah bertahan hidup selama jutaan tahun di planet bumi!
Hanya sedikit spesies serangga yang mampu bertahan hidup seperti mahluk bernama kecoa ini. Ia memiliki sistem tubuh yang bisa beradaptasi dengan lingkungan paling ekstrem.
Pernahkah Anda menyadari bahwa kecoa bisa bertahan di hampir semua musim dan iklim di permukaan bumi? Ia bisa bertahan di iklim panas yang "membakar" atau dingin yang membeku. Kecoa juga mampu bertahan terhadap hampir semua efek radiasi termasuk nuklir. Hasil penelitian di bekas jatuhnya bom atom, kecoa-lah satu-satunya mahluk yang selamat dari efek radiasi nuklir tersebut.
Mungkin daya tahan yang luar biasa inilah yang membuatnya mampu bertahan di planet bumi ini selama 300 juta tahun lebih. Keberadaan kecoa sejak jaman purba itu dibuktikan dengan temuan fosil. Fosil kecoa yang tertua diidentifikasi dari periode Carboniferous diakhir periode Devonian sekitar 354-295 juta tahun lalu. Walau pun bentuk kecoa purba ini lebih mirip belalang.
Seandainya itu tidak cukup kuat, maka ada lagi fosil kecoa yang mirip dengan bentuk kecoa modern. Berdasarkan uji umur, fosil ini diperkirakan dari masa awal Cretaceous (sekitar 145-4 juta tahun lalu).
Setidaknya kecoa-kecoa "modern" sebagai keturunan kecoa purba, yang kini diketahui, terdiri dari 3.500 spesies dari enam keluarga. Mereka menyebar di seluruh dunia dan lingkungan kecuali di kawasan kutub.
Daya Tahan Tinggi
Dari sekian banyak spesiesnya, kecoa-kecoa yang paling terkenal adalah spesies kecoa Amerika (periplaneta americana) yang berukuran 3 cm, lalu kecoa Jerman (blattella germanica) yang tubuhnya lebih mungil yaitu 1,5 cm. Jenis lainnya adalah kecoa Asia (blattella asahinai) yang juga bertubuh kecil sepanjang 1,5 cm.
Namun satu kecoa spesies baru yang hidup di kegelapan gua Kalimantan diketahui berukuran 8-10 cm. Diduga kecoa temuan ahli zoologi LIPI Cahyo Rahmadi ini adalah kecoa terbesar yang sudah teridentifikasi.
Sebagai serangga, daya tahan kecoa memang mumpuni. Binatang ini mampu hidup selama sebulan tanpa kepala, sampai akhirnya mati kelaparan. Rahasianya, kecoa tidak butuh kepala untuk bernapas atau otak untuk mengontrol tubuh. Tidak ada kepala hanya sedikit mengganggu sensor dan kinerjanya. Ia bahkan tidak kehilangan darah. Persoalan utamanya tanpa kepala kecoa tak bisa makan. Karena itulah ia mati setelah satu bulan. Sebab kecoa hanya mampu bertahan hidup tanpa makan selama 30-an hari.
Kehebatan lainnya, kecoa termasuk spesies serangga "tahan pukul." Jika tidak sampai hancur atau remuk, kecoa bisa menahan benturan dan mampu bertahan hidup walau menderita luka. Memang mekanisme pertahanan akan merespons pukulan dengan gerakan diam seolah mati, tapi setelah itu ia akan melarikan diri. Ketahanan tubuhnya terhadap benturan disokong oleh lapisan pelindung di sekujur tubuhnya. Persis seperti baju besi pada kesatria berkuda zaman pertengahan.
Kehidupan Harian
Kecoa juga punya sistem reproduksi yang cepat. Ia mampu menyiapkan generasi baru dalam waktu singkat. Setidaknya 40 kecoa muda bisa "dilahirkan" dalam tempo 30 hari. Artinya rata-rata satu hari akan ada satu kelahiran dari satu kecoa. Maka membasmi serangga ini hampir pasti sulit dilakukan.
Pada dasarnya kecoa punya banyak musuh. Di alam bebas, nasib kecoa akan berakhir di dalam perut burung, mamalia kecil dan hewan amfibi. Kecoa di alam liar menjadi santapan lezat banyak predator serangga. Namun di lingkungan manusia, kecoa tak punya musuh yang mematikan kecuali kita.
Karena itulah beberapa spesies kecoa yang sangat terancam di lingkungan liar akan mengungsi ke lingkungan manusia. Di sini ia berkembang biak dengan pesat, beranak pinak dan membentuk koloni yang membuat kita bergidik jika menghitung angkanya.
Kecoa-kecoa "pengungsi" ini bahkansudah beradaptasi sekian lama dengan pola dan kehidupan manusia. Karena kecoa termasuk serangga yang punya sistem
"manajemen" yang prima melebihi semua jenis serangga lainnya. Ia melakukan pembagian kerja, mengkoordinir jalur perburuan dan lintasan, mempelajari setiap ancaman dan menentukan pembagian wilayah dalam koloninya.
Bahkan sistem tubuhnya dengan cepat bisa mengantisipasi racun pembasmi serangga. Ada fakta yang menunjukkan bahwa kecoa-kecoa yang selamat dari insektisida akan "berdamai" dengan racun yang tersisa di tubuhnya. Setelah berhasil menjinakkan racun itu, ia akan meneruskan kemampuan itu dari generasi ke generasi. Inilah yang termasuk kelompok kecoa "mutan" yang kebal terhadap racun pembasmi serangga.
Begitu pun, kecoa yang tergolong ordo Blattodea adalah mata rantai penting dalam siklus rantai makanan di alam liar. Karena kecoa menjadi "tumbal" makanan untuk menjamin spesies lain bisa bertahan hidup.
Maka hentikan impian Anda untuk membasmi habis si kecoa. Pemberantasan habis-habisan terhadap serangga ini akan menjadi bencana lingkungan yang besar!
Serangga Purba Nan TangguhTubuhnya kecil, mungil, tampak ringkih dan menjijikkan. Seringkali terlihat melintas di relung-relung gelap dapur, kamar tidur, kamar mandi… ia memang menyebar di sekitar lingkungan manusia. Siapa sangka penyusup memuakkan ini ternyata sudah bertahan hidup selama jutaan tahun di planet bumi!
Hanya sedikit spesies serangga yang mampu bertahan hidup seperti mahluk bernama kecoa ini. Ia memiliki sistem tubuh yang bisa beradaptasi dengan lingkungan paling ekstrem.
Pernahkah Anda menyadari bahwa kecoa bisa bertahan di hampir semua musim dan iklim di permukaan bumi? Ia bisa bertahan di iklim panas yang "membakar" atau dingin yang membeku. Kecoa juga mampu bertahan terhadap hampir semua efek radiasi termasuk nuklir. Hasil penelitian di bekas jatuhnya bom atom, kecoa-lah satu-satunya mahluk yang selamat dari efek radiasi nuklir tersebut.
Mungkin daya tahan yang luar biasa inilah yang membuatnya mampu bertahan di planet bumi ini selama 300 juta tahun lebih. Keberadaan kecoa sejak jaman purba itu dibuktikan dengan temuan fosil. Fosil kecoa yang tertua diidentifikasi dari periode Carboniferous diakhir periode Devonian sekitar 354-295 juta tahun lalu. Walau pun bentuk kecoa purba ini lebih mirip belalang.
Seandainya itu tidak cukup kuat, maka ada lagi fosil kecoa yang mirip dengan bentuk kecoa modern. Berdasarkan uji umur, fosil ini diperkirakan dari masa awal Cretaceous (sekitar 145-4 juta tahun lalu).
Setidaknya kecoa-kecoa "modern" sebagai keturunan kecoa purba, yang kini diketahui, terdiri dari 3.500 spesies dari enam keluarga. Mereka menyebar di seluruh dunia dan lingkungan kecuali di kawasan kutub.
Daya Tahan Tinggi
Dari sekian banyak spesiesnya, kecoa-kecoa yang paling terkenal adalah spesies kecoa Amerika (periplaneta americana) yang berukuran 3 cm, lalu kecoa Jerman (blattella germanica) yang tubuhnya lebih mungil yaitu 1,5 cm. Jenis lainnya adalah kecoa Asia (blattella asahinai) yang juga bertubuh kecil sepanjang 1,5 cm.
Namun satu kecoa spesies baru yang hidup di kegelapan gua Kalimantan diketahui berukuran 8-10 cm. Diduga kecoa temuan ahli zoologi LIPI Cahyo Rahmadi ini adalah kecoa terbesar yang sudah teridentifikasi.
Sebagai serangga, daya tahan kecoa memang mumpuni. Binatang ini mampu hidup selama sebulan tanpa kepala, sampai akhirnya mati kelaparan. Rahasianya, kecoa tidak butuh kepala untuk bernapas atau otak untuk mengontrol tubuh. Tidak ada kepala hanya sedikit mengganggu sensor dan kinerjanya. Ia bahkan tidak kehilangan darah. Persoalan utamanya tanpa kepala kecoa tak bisa makan. Karena itulah ia mati setelah satu bulan. Sebab kecoa hanya mampu bertahan hidup tanpa makan selama 30-an hari.
Kehebatan lainnya, kecoa termasuk spesies serangga "tahan pukul." Jika tidak sampai hancur atau remuk, kecoa bisa menahan benturan dan mampu bertahan hidup walau menderita luka. Memang mekanisme pertahanan akan merespons pukulan dengan gerakan diam seolah mati, tapi setelah itu ia akan melarikan diri. Ketahanan tubuhnya terhadap benturan disokong oleh lapisan pelindung di sekujur tubuhnya. Persis seperti baju besi pada kesatria berkuda zaman pertengahan.
Kehidupan Harian
Kecoa juga punya sistem reproduksi yang cepat. Ia mampu menyiapkan generasi baru dalam waktu singkat. Setidaknya 40 kecoa muda bisa "dilahirkan" dalam tempo 30 hari. Artinya rata-rata satu hari akan ada satu kelahiran dari satu kecoa. Maka membasmi serangga ini hampir pasti sulit dilakukan.
Pada dasarnya kecoa punya banyak musuh. Di alam bebas, nasib kecoa akan berakhir di dalam perut burung, mamalia kecil dan hewan amfibi. Kecoa di alam liar menjadi santapan lezat banyak predator serangga. Namun di lingkungan manusia, kecoa tak punya musuh yang mematikan kecuali kita.
Karena itulah beberapa spesies kecoa yang sangat terancam di lingkungan liar akan mengungsi ke lingkungan manusia. Di sini ia berkembang biak dengan pesat, beranak pinak dan membentuk koloni yang membuat kita bergidik jika menghitung angkanya.
Kecoa-kecoa "pengungsi" ini bahkansudah beradaptasi sekian lama dengan pola dan kehidupan manusia. Karena kecoa termasuk serangga yang punya sistem
"manajemen" yang prima melebihi semua jenis serangga lainnya. Ia melakukan pembagian kerja, mengkoordinir jalur perburuan dan lintasan, mempelajari setiap ancaman dan menentukan pembagian wilayah dalam koloninya.
Bahkan sistem tubuhnya dengan cepat bisa mengantisipasi racun pembasmi serangga. Ada fakta yang menunjukkan bahwa kecoa-kecoa yang selamat dari insektisida akan "berdamai" dengan racun yang tersisa di tubuhnya. Setelah berhasil menjinakkan racun itu, ia akan meneruskan kemampuan itu dari generasi ke generasi. Inilah yang termasuk kelompok kecoa "mutan" yang kebal terhadap racun pembasmi serangga.
Begitu pun, kecoa yang tergolong ordo Blattodea adalah mata rantai penting dalam siklus rantai makanan di alam liar. Karena kecoa menjadi "tumbal" makanan untuk menjamin spesies lain bisa bertahan hidup.
Maka hentikan impian Anda untuk membasmi habis si kecoa. Pemberantasan habis-habisan terhadap serangga ini akan menjadi bencana lingkungan yang besar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar